10 Tahun Lomba Ngoding

Kampus tempat saya kuliah S3 jadi tuan rumah salah satu kompetisi programming besar tingkat internasional ACM ICPC NAC. Sebenernya lombanya belum yang tingkat dunia, cuma tingkat Amerika Utara (US & Canada). Tapi ini regional yang juga lumayan kompetitif, mengingat banyak kampus IT besar di sini. Keseruannya dan keramaiannya jadi lumayan kerasa. Banyak papan penunjuk jalan dan panitianya banyak kelihatan mondar mandir. Beberapa kali jurusan juga nge-broadcast email nawarin untuk jadi volunteer, tapi karna beberapa alasan yang kurang bagus, saya pilih nggak daftar.

Saya beberapa kali jadi peserta ICPC tingkat regional Asia, tapi bukan yang jago, bahkan mungkin nggak banyak yang tahu kalau saya ikut lumayan sering karena posisi tim papan bawah. Saya ikut pertama kali tahun 2013, dikomporin (tepatnya didaftarin) dosen favorit saya (Alm) Pak Anif untuk seleksi nasional. ICPC 2013 ini termasuk lomba-lomba programming awal yang saya ikutin. Kalau diinget-inget, Pak Anif dan ICPC 2013 ini termasuk yang “reshaping” saya yang sekarang.

ICPC Regional Jakarta 2013

Hikmah

Kalau kata orang “Perjalanan itu yang penting temannya bukan tujuannya” mungkin ini bener. Karena saya nggak jago, nggak ada capaian yang bisa dibanggain selama ikut di ICPC, bahkan dulu cita-cita bisa juara itu rasanya jauh banget. Tapi banner ICPC di UCF bikin saya inget perjalanan dan teman-teman yang ngalami naik turun nyoba berjuang di ICPC dan lomba lomba programming lain. Belajar coding. Diskusi. Atau sekadar komentar “Hoo.. bisa gitu ya” karena kaget dan nggak paham suatu teknik.

Banyak hikmah yang bisa saya ambil dari 10 tahun lomba programming ini. Dari sisi teknis, jelas sudah membuat saya belajar banyak. Ikut lomba selalu bikin saya lebih termotivasi untuk belajar hal baru. Karena ya kalau mau juara, kita harus push diri kita sejauh mungkin. Saya inget dulu pas persiapan lomba Singapore tahun 2015 (klik link untuk baca tulisan saya dulu), saya sama tim sampai bikin excel buat nyatet udah berapa soal yang kita kerjakan buat latihan.

Banyak teknik, istilah, trik, atau pengetahuan (yang ternyata) basic yang baru saya dapat selama menggeluti lomba ngoding. Dengan catatan coding yang saya maksud itu algoritma-algoritma atau struktur data ya bukan yang ngembangin website atau apps 😐

Google sheet kenang-kenangan. Niat awal biar banyak latihan tapi akhirnya ya banyak bolongnya 😀

Pak Anif banyak berperan di sisi lain pusingnya perlombaan: Nikmati setiap prosesnya. Nikmatin jalan-jalan final lomba sampai Singapore, ngajar sampai merauke, atau sekadar makan siang bareng habis penyisihan sambil diskusi soal.

Beliau secara nggak langsung ngajarin untuk jadikan niat berjuang jadi juara lomba itu bukan ambisi untuk mengalahkan yang lain. Tapi jadikan juara lomba itu ambisi untuk meraih suatu yang tinggi, yang kita nggak terbayang bisa mencapainya. Yang kalau kalah, yang diinget bukan kalahnya tapi “wah kita pernah berjuang meraih itu loh masio nggak juara

Dan nggak kerasa itu sudah 10 tahun, sekarang umur nyaris kepala 3, dan udah jadi dosen. Kalau sekarang, daripada kangen-kangenan nostalgia, lebih kepingin lihat mahasiswa-mahasiswa saya juga ngalami masa-masa berjuang itu apalagi pas ini momen-momennya mahasiswa daftar Gemastik.

By Rian Adam

Student at University of Central Florida; Lecturer at Universitas Islam Indonesia; Machine Learning Enthusiast;

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *